Jember, Suaraglonline – Orang Tua pasien positif covid Eko Raharjo Saputro warga Perum Istana panti blok C no 12 kecamatan panti , Jember mengaku kecewa atas pelayanan dan penjelasan pihak rumah sakit Citra Husada Jember yang dinilai membuat binggung pihaknya.
Karena dinilai membingungkan tersebut, meski dengan kondisi kecewa pihaknya membawa pulang anak perempuan yang berumur 7 tahun tersebut dalam kondisi masih sakit panas dan juga diare, atas arahan salah satu tenaga kesehatan di Rumah sakit tersebut.
Eko, mengaku awalnya hal tersebut terjadi pada Rabu,(16/2/2022) pagi kemarin, saat anak perempuan nya yang masih 7 tahun sakit, karena panik akhirnya dibawa yang bersangkutan ke klinik Sumber sehat diwilayah Desa Serut kecamatan panti.
Dari klinik itulah, karena kondisi yang bersangkutan dinilai kurang baik, oleh pihak klinik di arahkan untuk mencari rumah sakit terdekat.
Lanjut Eko menceritakan, setelah itu dirinya bersama keluarga datang ke IGD,(instalasi Gawat darurat) RS Citra Husada Jember, dan dari situlah ditangani dan gadis kecil tersebut di Observasi oleh pihak medis dan di tes Swab.
“Awalnya semua berjalan baik baik saja dan malah di sarankan agar rawat inap, namun setelah hasil Swab dan anak saya positif covid tiba tiba pihak rumah sakit melalui salah satu nakes menyarankan agar isolasi mandiri” Kata Eko Raharjo Saputro, Kamis,(17/2/2022)
Lebih lanjut Eko juga menyampaikan, jika saja hasil swab antigen saja anak saya negatif maka dia ( dokter jaga IGD ) akan merawat inap ( dengan fasilitas BPJS ), tp karena hasil swab antigen positif maka disuruh isolasi mandiri dirumah.
“Kecewa saya harusnya RS bertanggung jawab atas keluhan anak saya kondisi demam tinggi dan diare,” keluh Eko.
Eko juga menambahkan, seharusnya RS Citra Husada lebih peka urusan terpapar Covid-19 atau tidak kan beda urusan, harusnya kan berkoordinasi dengan satgas Covid, dan jika perlu di tempatkan di isolasi terpusat kami siap, bagaimana satgas bisa bekerja dengan baik, anak saya jujur terpapar dan ada hasil, jika kabupaten Jember ada ledakan karena keteledoran ini, karena tidak ada Tracing berkelanjutan.
“Ini anak saya masih sakit panas dan diare, saya kan jadi binggung jika arahan nya seperti ini,tidak ada pendampingan nakes, jika terjadi sesuatu bagaimana, saya tahu apa sebagai orang awam,” terang Eko.
Tidak sampai disitu saja kekecewaan Eko, ia yang awalnya untuk merawat anaknya dengan biaya BPJS namun harus dialihkan sebagai pasien umum.
Dari situlah akhirnya saya mendatangi cabang kantor BPJS Jember untuk meminta petunjuk dan juga arahan, namun lagi lagi dirinya dibuat kecewa, karena tidak ada respon.
“Saya datangi kantor BPJS Cabang Jember untuk klarifikasi karena awalnya saya beberapa kali telpon di pusat pengaduan tidak di respon. Ketika sampai di kantor BPJS dan lakukan antrian, tak selang beberapa lama satpam datang dan di arahkan melakukan pengaduan ke aplikasi Pandawa. Namun saya itu cuma kaget, dengan urgensi kondisi seperti ini kok tidak ada prioritas yang cepat, masak pihak BPJS seperti ini,” terangnya.
Sementara hingga berita ini dinaikan, pihak insan pers masih berusaha untuk meminta konfirmasi Kadinkes kabupaten Jember, akan menanyakan seperti apa seharusnya pola pola Rumah sakit untuk penanganan jika ini terjadi seperti kasus yang sama di alami saudara Eko. (Ad).